Selasa, 14 Mei 2013

Hukum Lukisan, Gambar, Foto dan Patung


السلام عليكم




Malaikat Rahmat Tidak Akan Memasuki Rumah yang Terdapat Gambar & Patung Makhluk yang Bernyawa



Dari Abu Talha, “Aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar yang serupa dengan makhluk bernyawa.”  ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54) no. 448)

“Suatu ketika Malaikat Jibril berjanji kepada Nabi, dia akan datang menemui Nabi, tetapi dia tidak datang-datang. Dan kemudiannya dia (Jibril) memberitahu, “Kami dari golongan malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya mengandungi gambar (berupa makhluk bernyawa) atau anjing.” ( Riwayat al-Bukhari (4/54), no. 450)

Daripada ‘Aisyah r.ah menyatakan bahwa Jibril berjanji dengan Rasulullah s.a.w untuk menemuinya pada masa yang telah ditetapkan, namun pada masa tersebut, dia (Jibril) tidak datang. Kemudiannya Nabi mencampakkan tongkat di tangannya dan berkata, “Tidak pernah Allah dan utusannya (Malaikat Jibril) memungkiri janji”. Kemudian nabi merlihat dan menemukan anak anjing di bawah katil dan berkata, “Aisyah, bagaimana bisa anjing ini masuk ke sini?” Dan beliau (‘Aisyah) menjawab, “Demi Allah, saya tidak tahu.” Kemudian Nabi mengarahkan dan anjing itu pun dikeluarkan. Tidak lama selepas itu, Jibril pun datang dan Rasulullah berkata kepadanya, “Engkau berjanji kepada saya dan saya menantikan engkau, tetapi engkau tidak datang-datang. Jibril pun menyatakan, “Di dalam rumah-mu ada anjing, di mana ia menghalang (saya untuk masuk), untuk kami (malaikat) tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar”.” ( Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan (24), no. 5246)

Dari Ibnu ‘Abbas, “Nabi pernah memasuki Ka’bah dan menemui di dalamnya (lukisan) gambar Nabi Ibrahim dan Mariam. Kemudian beliau berkata, “Apa ini? Bukankah mereka mengetahui bahwa malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya mengandung gambar; termasuklah gambar (nabi) Ibrahim ini. Dan kenapa dia digambarkan sedang mempraktikkan meramal dengan anak panah?”  (Riwayat al-Bukhari, Kitab Para Nabi (4/55), no. 570)

Dari Ibnu ‘Abbas, “Abu Talha, seorang sahabat Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah bersama dalam peperangan badar memberitahu kepadaku bahwa Rasulullah berkata, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar.” Yang dia maksud adalah gambar yang menyerupai makhluk bernyawa.” (Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)

Dari Aisyah, Nabi menyatakan: “Malaikat (pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)


Ancaman Kepada Pelukis Gambar:

Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis/pengukir). ( Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian (al-Libas), 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)

Dari ‘Aun bin Abu Juhaifa, Ayahnya mengatakan, “Nabi melarang mengambil uang jual beli anjing dan darah, melarang kerja-kerja membuat tatoo dan mentatoo diri, melarang menerima atau memberi riba, dan juga mencela pembuat gambar”. ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 299)

Daripada ‘Aisyah dia menjelaskan, “Aku membeli sebuah bantal bergambar. Ketika Rasulullah melihatnya, dia hanya berdiri di pintu dan tidak segera masuk ke rumah. Aku menyadari air mukanya berubah, kelihatan seperti ada sesuatu yang tidak disukainya. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya, (tolong beritahu aku) apakah dosa ku?” Rasulullah berkata, “Ada apa dengan bantal ini?” Aku menjawab, “Aku membelinya untuk engkau, agar dapat duduk dan bersandar padanya.” Rasulullah berkata,“Pembuat gambar ini akan di-azab pada hari kiamat.” Rasulullah menambah, “Malaikat (pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar”. ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)

Dari Said bin Abu al-Hasan, “Ketika saya bersama Ibnu ‘Abbas, seorang lelaki datang dan berkata, “Wahai Ibnu Abbas, pendapatan (periuk nasi) saya adalah dari hasil kerja tangan saya dan kerja saya adalah membuat gambar-gambar ini”. Ibnu ‘Abbas berkata, “Saya sekadar memberi tahu apa yang saya dengar dari Rasulullah. Saya mendengar beliau bersabda, “Barang siapa membuat gambar dia akan di-azab oleh Allah sehingga dia mampu menghidupkannya dan sesungguhnya dia tidak akan berupaya untuk menghidupkannya”. Mendengarkan hal ini, lelaki itu menarik nafas panjang (mengeluh) dan mukanya menjadi pucat. Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika kamu masih tetap mau untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan agar kamu membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sebarang gambar yang bukan berupa makhluk bernyawa”.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)

Daripada Ibnu ‘Abbas, “Aku mendengar Muhammad berkata, “Barang siapa membuat gambar di dunia ini, dia harus bertanggung jawab serta diminta supaya memberikan nyawa kepada apa yang dilukiskannya pada hari kiamat nanti, tetapi dia tidak akan mampu melakukannya.” ( Riwayat al-Bukhari Kitab Pakaian (7/72), no. 846)


Gambar Yang Dilarang Adalah Gambar Makhluk Bernyawa:

... Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika kamu masih tetap mau untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan agar kamu membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sembarang gambar yang bukan serupa dengan makhluk bernyawa.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)

Dari Ibnu ‘Abbas, “Abu Talha, seorang sahabat Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah bersama dalam peperangan badar memberitahu kepadaku bahawa Rasulullah berkata, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar.”Yang dia maksudkan adalah gambar yang menyerupai makhluk bernyawa.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)

Daripada Abu Talha, “Aku mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar yang berupa dari makhluk bernyawa”.( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54), no. 448)


Dalam hadis yang lain, patung/boneka juga menjadi faktor bahawa malaikat tidak memasuki rumah,

Dari Abu Talha meriwayatkan, katanya, “Aku mendengar Rasulullah (s.a.w.) berkata: “Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau patung”.” ( Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan, no. 5250)


Pendapat Para Ulama Berkenaan Gambar


Berkata Imam an-Nawawi:

“Sahabat kami dan para Ulama selain mereka mengatakan bahwa haramnya membuat gambar haiwan adalah sekeras-keras pengharamaan. Ini termasuk dosa besar kerana ancamannya juga amat besar, sama saja apakah ia dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas sekali haram karena meniru ciptaan ALLAH. Sama saja apakah itu dilukis pada pakaian, permadani, mata wang, bejana, dinding atau lainnya. Adapun menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa, tidak mengapa. Inilah hakikat hukum membuat gambar. Sedangkan gambar makhluk bernyawa, jika digantung/ditampal di dinding, di serban dan tindakan yang tidak termasuk menghinakannya, maka jelas hal itu terlarang. Sebaliknya bila dibentangkan dan dipijak sebagai alas kaki atau sebagai sandaran (setelah dipotong kepalanya, ed.) maka tidaklah haram dan tidak ada bezanya adakah gambar yang tersebut berjasad (mempunyai bayangan atau 3 dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan mazhab kami dalam masalah ini yang semakna dengan perkataan jumhur Ulama dari kalangan para Sahabat, Tabi’in, dan orang yang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in). Ini juga pendapat Imam ats-Tsauri, Malik Bin Anas dan Abu Hanifah serta ulama lainnya.(Syarah Sahih Muslim)

Berkata Imam al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani 

“Kata al-Khathabi: dan gambar yang menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah adalah gambar yang padanya terpenuhi hal-hal yang haram, yakni gambar-gambar berupa makhluk yang bernyawa, yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan bahawasanya dosa tukang gambar itu besar kerana gambar-gambar itu ada yang di-ibadahi selain ALLAH, selain itu gambar tersebut mudah menimbulkan fitnah (bahaya) bagi yang memandangnya (gambar wanita, tokoh, ulama, dan sebagainya).” ( Fatwa Ulama tentang Hukum Gambar, oleh Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia)


Persoalan Dan Penjelasannya

Persoalan berkaitan hukum bermain anak patung bagi kanak-kanak sebagaimana hadith dari Aisyah r.anh ia berkata:

“Saya biasa bermain boneka (anak patung) di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam dan saya mempunyai beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk, mereka menutupinya dari beliau lalu berjalan sembunyi-sembunyi dan bermain bersama saya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari Kitab al-Adab Bab al-Inbisaath ilaa an-Naas, Fath 10/526 dan Muslim kitab Fadhail ash-Shahabah Bab fii Fadhail Aisyah, an-Nawawi, 15/203 dan 204)

Berkata  Ibnu Hajar al-Asqalaini tentang hadith ini:

“Hadis ini dijadikan dalil bolehnya boneka dan mainan untuk bermain (mendidik) anak perempuan, dan sebagai pengkhususan dari keumuman larangan mengambil gambar. Iyadl juga menetapkan yang demikian dan ia menukil dari jumhur, bahawasanya mereka membolehkan boneka atau mainan ini untuk melatih dan mendidik anak-anak perempuan agar mengenal bagaimana mengatur rumah-tangga dan merawat anak-anak nantinya. Dan sebahagian ulama menyatakan hadis ini telah mansukh (telah dibatalkan). Ibnu Bathal cenderung pada pendapat ini dan ia menceritakan dari Abi Zaid dari Malik. Tetapi dari sini pula ad-Daudy merajihkan bahawa hadis Aisyah (di atas) mansukh. Sedang Ibnu Hibban dan Nasa’i membolehkan namun tidak membatasi untuk anak-anak kecil walaupun padanya ada perbincangan. (Fath al-Bari)

Berkata Al-Baihaqi  setelah mentakhrij hadis-hadis tersebut: 

Telah tsabit (tetap) larangan tentang mengambil gambar. Maka kemungkinan rukhsah bagi Aisyah terjadi sebelum datangnya pengharaman. Ibnul Jauzi menetapkan yang demikian juga, sehingga beliau berkata: “Dan Abu Dawud dan an-Nasa’i dari sisi lain dari Aisyah (ia berkata): Rasulullah s.a.w datang dari perang Tabuk (Khaibar) {lalu menyebut hadis beliau mengoyakkan tirai yang tergantung di pintunya} Kemudian Aisyah melanjutkan, lalu beliau menyingkap sisi tirai di atas mainan Aisyah dan Beliau bersabda: “Apa ini hai Aisyah?”. Saya menjawab:”Boneka perempuan saya”. Beliau melihat kuda-kudaan bersayap yang dalam keadaan terikat, lalu bersabda: “Apakah ini?” Saya katakan: “Kuda bersayap dua. Tidakkah Anda mendengar bahawa Sulaiman a.s mempunyai kuda yang bersayap? Beliau pun tertawa.”.

Al-Khathabi berkata: Dalam hadis ini menunjukkan mainan untuk anak-anak perempuan tidaklah seperti semua gambar yang datang ancaman, hanya saja beliau memberikan keringanan bagi Aisyah kerana pada waktu itu Aisyah belum dewasa.”

Al-Hafiz berkata: Penetapan dengan dalil ini ada perbincangan, akan tetapi kemungkinannya adalah kerana Aisyah waktu peristiwa perang Khaibar berusia 14 tahun dan waktu peristiwa perang Tabuk sudah baligh. Dengan demikian, ini menguatkan riwayat yang mengatakan hal itu terjadi pada peristiwa Khaibar dan mengumpulkannya dengan pendapat al-Khathabi.

Berkata Sheikh Abdul Aziz bin Bazz:

“Oleh kerana itu, jika hal ini telah difahami, maka meninggalkan gambar-gambar (boneka) itu adalah lebih selamat kerana padanya ada perkara yang meragukan. Mungkin penetapan Rasulullah s.a.w bagi Aisyah itu sebelum munculnya perintah beliau untuk menghapus gambar-gambar. Dengan begitu hadis Aisyah ini menjadi mansukh dengan datangnya larangan dan perintah penghapusan gambar itu, kecuali yang terpotong kepalanya atau dihinakan, sebagaimana mazhab al-Baihaqi, Ibnul Jauzi dan Ibnu Bathal. Dan mungkin juga ini dikhususkan dari pelarangan itu (sebagaimana pendapat jumhur) untuk kemaslahatan pendidikan. Ini kerana permainan itu merupakan bentuk penghinaan atas gambar (boneka). Jadi, dengan kemungkinan ini maka lebih baik untuk meninggalkannya, sebagaimana pengamalan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam dari al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib Radiyallahu ‘anhu (r.a):

”Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu.” ( Riwayat Ahmad, 1/200. Disahihkan oleh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap Musnad, 3/169. ath-Thayalisi, m.s. 163, no. 1178 dan al-Albani menilainya sahih dalam al-Jamius Shaghir, no. 3372 dan 3373)

Demikian juga dalam hadith berikut ini dari Nu’man bin Basyir r.a secara marfu’,

“Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka siapa yang menjaga diri dari syubhat, maka dia telah membersihkan Dien (agama) dan kehormatannya. Dan barang siapa yang jatuh kepada yang haram, seperti penggembala sedang menggembalakan ternaknya di sekitar tempat yang di pagar (terlarang), hampir-hampir ia terjatuh karenanya.” ( Riwayat Bukhari dan Muslim)


Fatwa-fatwa Ulama Masa Ini

Fatwa Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin:

1 - Pertanyaan: Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,
“Apa hukum mengenakan pakaian yang mengandungi gambar?

Jawapan:

Seseorang dilarang untuk mengenakan pakaian yang bergambar hewan atau manusia, dan juga dilarang untuk mengenakan serban serta jubah atau yang menyerupai itu yang di dalamnya terdapat gambar hewan atau manusia atau makhluk bernyawa lainnya. Kerana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hal itu dengan sabdanya,

”Malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat lukisan.”( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54) no. 448)

Maka dari itu hendaklah seseorang tidak menyimpan atau memiliki gambar berupa foto-foto yang oleh sebahagian pihak dianggap sebagai album kenangan, maka wajib baginya untuk menanggalkan foto-foto tersebut, sama ada yang digantungkan di dinding, ataupun yang disimpan dalam album dan seumpamanya. Kerana keberadaan benda-benda tersebut menyebabkan malaikat enggan memasuki rumah mereka. Hadis yang menunjukkan hal itu adalah hadis yang sahih dari Nabi s.a.w. Wallahu a’lam. (Rujuk: Ibn Utsaimin, al-Majmu ‘ats-Tsamin, hal. 199)


2 - Pertanyaan: Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,

“Dengan segala hormatnya saya memohon penjelasan anda tentang hukum membuat gambar, sama ada dengan menggunakan tangan (melukis) atau dengan alat pembuat gambar (kamera), apa hukum menggantung gambar di atas dinding, dan apa hukum memiliki gambar hanya sekadar dijadikan sebagai kenangan?”

Jawapan:

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, selawat dan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya.Melukis dengan tangan adalah perbuatan yang diharamkan, bahkan melukis adalah termasuk salah satu dosa besar, kerana Nabi s.a.w melaknat para pembuat gambar (pelukis), sedangkan laknat tidak akan ditunjukan kecuali terhadap suatu dosa besar, sama ada yang digambar untuk tujuan mengungkapkan keindahan, atau yang dilukiskan (dijadikan gambar) sebagai model (bahan bantuan, ed.) bagi para pelajar, atau untuk hal-hal lainnya, maka hal itu adalah haram.

Tetapi bila seseorang melukiskan (menjadikan gambar) dari bahagian tubuh, seperti tangan saja, maka hal itu diperbolehkan. Adapun mengambil gambar dengan menggunakan alat fotografi, maka hal itu diperbolehkan kerana tidak termasuk pada perbuatan melukis. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apa maksud dari pengambilan gambar tersebut? Jika pengambilan gambar (pemotretan) itu adalah yang dimaksudkan agar dimiliki oleh seseorang meskipun hanya dijadikan sebagai kenangan, maka pengambilan gambar tersebut hukumnya menjadi haram, hal itu dikeranakan segala macam sarana bergantung dari tujuan untuk apa sarana tersebut dipergunakan, sedangkan memiliki gambar hukumnya adalah haram. Kerana Nabi s.a.wtelah menjelaskan bahawa malaikat enggan memasuki rumah yang ada gambar di dalamnya, di mana hal itu menunjukkan kepada haramnya memiliki dan meletakkan gambar di dalam rumah.

Adapun menggantungkan gambar atau foto di atas dinding adalah haram hukumnya sehingga tidak diperbolehkan untuk menggantungnya meskipun sekadar untuk kenangan, kerana malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar. (Rujukan: Fatwa-Fatwa Sheikh Ibn Utsaimin yang beliau tanda tangani, disalin dari kitab al-Fatawa asy-Syar’iyyah Fi al-Masa’il al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram)


3 - Pertanyaan:
Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,

“Apa hukum memakaikan baju pada anak-anak yang ada gambar bernyawa?”

Jawapan:

Ahlul Ilmi (para ulama) menetapkan hukumnya haram memakaikan pakaian pada anak kecil yang dikenakan (dipakaikan) oleh orang dewasa. Pakaian yang bergambar hidup haram dipakai orang dewasa, demikian juga hukumnya tidak boleh dipakaikan untuk anak-anak. Dan memang demikian hukumnya. Sepatutnya kaum muslimin memboikot model/fesyen pakaian yang seperti ini agar orang-orang yang berniat jahat dan rosak tidak menyusup masuk kepada kita melalui sudut-sudut ini. Kalau benar-benar diboikot maka mereka tidak akan menemukan saluran untuk memasuki ke negeri kita. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il, 3/158)


Fatwa Sheikh Abdul Aziz bin Bazz

1 – Pertanyaan:
Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,
“Apa hukum menggantung lukisan di rumah dan tempat-tempat lainnya”?

Jawapan:

Hukumnya adalah haram jika gambar tersebut adalah gambar makhluk bernyawa, sama ada manusia atau selainnya... ( Ibn Baz, Kitab ad-Da’wah, hal. 19-20. Disalin dari buku al-Fatawa asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram)


2 - Pertanyaan:
Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,

“Apa hukumnya menyimpan patung di rumah sekadar untuk hiasan dan bukan untuk disembah?”

Jawapan:

Seorang muslim tidak diperbolehkan untuk menggantung gambar atau pun menghiasi rumahnya dengan hai wan yang diawetkan, sama ada diletakkan di atas meja ataupun kursi, hal itu disebabkan keumuman hadis dari Rasulullah s.a.w yang menjelaskan tentang haramnya menggantung gambar dan meletakkan patung di dalam rumah atau tempat-tempat lainnya. Kerana benda-benda tersebut merupakan sarana untuk berlaku syirik kepada Allah, dan dalam hal-hal yang demikian terdapat penyerupaan terhadap makhluk ciptaan Allah dan perbuatan tersebut sama seperti perbuatan menentang Allah.

Adapun perbuatan menyimpan haiwan yang diawetkan adalah perbuatan yang merosakkan, padahal syari’at Islam yang sempurna diturunkan untuk membersihkan segala macam perantara (tawassul) atau sarana yang dapat membawa kepada kemusyrikan dan kesesatan. Hal yang demikian pernah terjadi pada kaum Nuh di mana mereka melakukan kemusyrikan disebabkan lukisan yang menggambarkan lima orang sholeh pada masa mereka. Kaum Nuh memasang/meletakkan lukisan tersebut di majlis-majlis, sebagaimana yang Allah terangkan dalam al-Qur’an dengan firman-Nya,

”Dan mereka berkata, Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr’. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia).” (Surah Nuh: 23-24)

Maka, kita harus bersikap berhati-hati terhadap penyerupaan orang-orang dalam perbuatan mereka yang mungkar yang dapat menjerumuskan kita kepada kemusyrikan.Dalam sebuah hadis sahih dari Rasulullah s.a.w, bahawa beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib r.a

“Janganlah engkau tinggalkan patung kecuali engkau telah membuatnya menjadi tidak berbentuk, dan jangan pula meninggalkan kuburan yang menjulang tinggi (membukit) kecuali engkau meratakannya.” (Hadis Riwayat Muslim dalam al-Jana’iz, no. 969)

Dalam hadith lain, Rasulullah s.a.w bersabda:

“Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis).” ( Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian, no. 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)

Banyak sekali hadis yang menerangkan tentang hal ini. Semoga Allah memberikan petunjuk. ((Rujukan: Ibn Baz, Kitab Ad-Da’wah, hal. 18-19. Disalin dari buku al-Fatawa asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram)


Fatwa selainnya

1 - Pertanyaan:
“Apakah hukum mengambil gambar photografi untuk keperluan atau ditayangkan?”

Jawapan:

Mengambil atau membuat gambar yang berupa dari makhluk bernyawa (sama ada manusia atau haiwan) adalah haram, kecuali bagi tujuan yang amat diperlukan/mendesak, seperti untuk dokumen kerakyatan, passport, dan pengenalan identiti penjenayah bagi tujuan menahan (menangkap/memberkas) dan sebarang apa yang seumpama dengan hal tersebut yang mana sememangnya menuntut keperluan. (Fatwa oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam & Fatwa yang terdiri daripada, Sheikh 'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn Ghudayyaan, Sheikh 'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah ad-Daa’imah lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 660, Persoalan 3 dari fatwa no. 260)

2 – Pertanyaan:
“Apakah hukumnya memiliki/membeli majalah yang mana di dalamnya mengandungi gambar?”

Jawapan:

Memiliki/membeli majalah yang di dalamnya mengandungi gambar adalah dibenarkan jika tujuannya adalah untuk manfaat dari kandungannya yang di sana mengandungi maklumat berguna. Dan sewajarnya kepada mereka yang memiliki majalah tersebut hendaklah menghapuskan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya. Walau bagaimanapun jika tujuan memiliki/membeli majalah tersebut adalah untuk memiliki gambar-gambar yang terdapat di dalamnya, maka untuk itu adalah tidak dibenarkan. (Fatwa oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam & Fatwa yang terdiri daripada, Sheikh Abdul Aziz bin Bazz, Sheikh 'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn Ghudayyaan, Sheikh 'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah ad-Daa’imah lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 691, Persoalan 2 dari fatwa no. 3079)


والله أعلمُ بالـصـواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar