السلام عليكم
Malaikat Rahmat Tidak Akan Memasuki Rumah yang Terdapat Gambar & Patung Makhluk yang Bernyawa
Dari Abu Talha, “Aku mendengar Rasulullah berkata,
“Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya
ada anjing atau gambar yang serupa dengan makhluk bernyawa.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54) no. 448)
“Suatu ketika Malaikat Jibril berjanji kepada Nabi, dia akan datang menemui Nabi, tetapi dia tidak datang-datang. Dan
kemudiannya dia (Jibril) memberitahu, “Kami dari golongan malaikat tidak
masuk ke dalam rumah yang di dalamnya mengandungi gambar (berupa
makhluk bernyawa) atau anjing.” ( Riwayat al-Bukhari (4/54), no. 450)
Daripada ‘Aisyah r.ah menyatakan bahwa Jibril berjanji
dengan Rasulullah s.a.w untuk menemuinya pada masa yang telah
ditetapkan, namun pada masa tersebut, dia (Jibril) tidak datang.
Kemudiannya Nabi mencampakkan tongkat di tangannya dan berkata, “Tidak
pernah Allah dan utusannya (Malaikat Jibril) memungkiri janji”.
Kemudian nabi merlihat dan menemukan anak anjing di bawah katil dan
berkata, “Aisyah, bagaimana bisa anjing ini masuk ke sini?” Dan beliau (‘Aisyah)
menjawab, “Demi Allah, saya tidak tahu.” Kemudian Nabi mengarahkan
dan anjing itu pun dikeluarkan. Tidak lama selepas itu, Jibril pun
datang dan Rasulullah berkata kepadanya, “Engkau berjanji kepada saya
dan saya menantikan engkau, tetapi engkau tidak datang-datang. Jibril
pun menyatakan, “Di dalam rumah-mu ada anjing, di mana ia menghalang
(saya untuk masuk), untuk kami (malaikat) tidak masuk rumah yang di
dalamnya ada anjing atau gambar”.” ( Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan (24), no. 5246)
Dari Ibnu ‘Abbas, “Nabi pernah memasuki Ka’bah dan
menemui di dalamnya (lukisan) gambar Nabi Ibrahim dan Mariam.
Kemudian beliau berkata, “Apa ini? Bukankah mereka mengetahui
bahwa malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya mengandung gambar;
termasuklah gambar (nabi) Ibrahim ini. Dan kenapa dia digambarkan sedang
mempraktikkan meramal dengan anak panah?” (Riwayat al-Bukhari, Kitab Para Nabi (4/55), no. 570)
Dari Ibnu ‘Abbas, “Abu Talha, seorang sahabat
Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah bersama dalam peperangan
badar memberitahu kepadaku bahwa Rasulullah berkata, “Malaikat tidak
masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar.” Yang dia
maksud adalah gambar yang menyerupai makhluk bernyawa.” (Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)
Dari Aisyah, Nabi menyatakan: “Malaikat (pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)
Ancaman Kepada Pelukis Gambar:
Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis/pengukir). ( Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian (al-Libas), 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)
Dari ‘Aun bin Abu Juhaifa, Ayahnya mengatakan, “Nabi
melarang mengambil uang jual beli anjing dan darah, melarang
kerja-kerja membuat tatoo dan mentatoo diri, melarang menerima atau
memberi riba, dan juga mencela pembuat gambar”. ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 299)
Daripada ‘Aisyah dia menjelaskan, “Aku
membeli sebuah bantal bergambar. Ketika Rasulullah melihatnya, dia hanya
berdiri di pintu dan tidak segera masuk ke rumah. Aku menyadari air
mukanya berubah, kelihatan seperti ada sesuatu yang tidak disukainya. Aku
berkata, “Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya,
(tolong beritahu aku) apakah dosa ku?” Rasulullah berkata, “Ada apa
dengan bantal ini?” Aku menjawab, “Aku membelinya untuk engkau, agar
dapat duduk dan bersandar padanya.” Rasulullah berkata,“Pembuat gambar
ini akan di-azab pada hari kiamat.” Rasulullah menambah, “Malaikat
(pembawa rahmat) tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya
terdapat gambar”.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 318)
Dari Said bin Abu al-Hasan,
“Ketika saya bersama Ibnu ‘Abbas, seorang lelaki datang dan berkata,
“Wahai Ibnu Abbas, pendapatan (periuk nasi) saya adalah dari hasil kerja
tangan saya dan kerja saya adalah membuat gambar-gambar ini”. Ibnu
‘Abbas berkata, “Saya sekadar memberi tahu apa yang saya dengar dari
Rasulullah. Saya mendengar beliau bersabda, “Barang siapa membuat gambar
dia akan di-azab oleh Allah sehingga dia mampu menghidupkannya dan
sesungguhnya dia tidak akan berupaya untuk menghidupkannya”.
Mendengarkan hal ini, lelaki itu menarik nafas panjang (mengeluh) dan
mukanya menjadi pucat. Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika kamu masih
tetap mau untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan agar kamu
membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sebarang gambar yang
bukan berupa makhluk bernyawa”.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)
Daripada Ibnu ‘Abbas, “Aku
mendengar Muhammad berkata, “Barang siapa membuat gambar di dunia ini,
dia harus bertanggung jawab serta diminta supaya memberikan nyawa kepada apa
yang dilukiskannya pada hari kiamat nanti, tetapi dia tidak akan mampu
melakukannya.” ( Riwayat al-Bukhari Kitab Pakaian (7/72), no. 846)
Gambar Yang Dilarang Adalah Gambar Makhluk Bernyawa:
... Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Jika
kamu masih tetap mau untuk membuat gambar-gambar, saya menasihatkan
agar kamu membuat gambar-gambar pokok (tumbuh-tumbuhan) dan sembarang
gambar yang bukan serupa dengan makhluk bernyawa.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Jual Beli (3/34), no. 428)
Dari Ibnu ‘Abbas, “Abu
Talha, seorang sahabat Rasulullah dan seorang sahabat yang pernah
bersama dalam peperangan badar memberitahu kepadaku bahawa Rasulullah
berkata, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada
anjing atau gambar.”Yang dia maksudkan adalah gambar yang menyerupai
makhluk bernyawa.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Ekspedisi Peperangan Bersama Nabi (5/59), no. 338)
Daripada Abu Talha, “Aku
mendengar Rasulullah berkata, “Malaikat (Pembawa Rahmat) tidak akan
memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar yang berupa dari
makhluk bernyawa”.” ( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54), no. 448)
Dalam hadis yang lain, patung/boneka juga menjadi faktor bahawa malaikat tidak memasuki rumah,
Dari Abu Talha meriwayatkan, katanya, “Aku mendengar Rasulullah (s.a.w.) berkata: “Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing atau patung”.” ( Riwayat Muslim, Kitab Pakaian & Perhiasan, no. 5250)
Pendapat Para Ulama Berkenaan Gambar
Berkata Imam an-Nawawi:
“Sahabat kami dan para Ulama selain mereka mengatakan
bahwa haramnya membuat gambar haiwan adalah sekeras-keras pengharamaan.
Ini termasuk dosa besar kerana ancamannya juga amat besar, sama saja
apakah ia dibuat untuk dihinakan atau tidak. Bahkan membuatnya jelas
sekali haram karena meniru ciptaan ALLAH. Sama saja apakah itu dilukis
pada pakaian, permadani, mata wang, bejana, dinding atau lainnya. Adapun
menggambar pepohonan dan sesuatu yang tidak bernyawa, tidak mengapa.
Inilah hakikat hukum membuat gambar. Sedangkan gambar makhluk bernyawa,
jika digantung/ditampal di dinding, di serban dan tindakan yang tidak
termasuk menghinakannya, maka jelas hal itu terlarang. Sebaliknya bila
dibentangkan dan dipijak sebagai alas kaki atau sebagai sandaran
(setelah dipotong kepalanya, ed.) maka tidaklah haram dan tidak ada
bezanya adakah gambar yang tersebut berjasad (mempunyai bayangan atau 3
dimensi) atau tidak. Ini adalah kesimpulan mazhab kami dalam masalah ini
yang semakna dengan perkataan jumhur Ulama dari kalangan para Sahabat,
Tabi’in, dan orang yang sesudah mereka (Tabi’ut Tabi’in). Ini juga
pendapat Imam ats-Tsauri, Malik Bin Anas dan Abu Hanifah serta ulama
lainnya.(Syarah Sahih Muslim)
Berkata Imam al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani
“Kata al-Khathabi: dan gambar
yang menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah adalah gambar yang
padanya terpenuhi hal-hal yang haram, yakni gambar-gambar berupa makhluk
yang bernyawa, yang tidak terpotong kepalanya atau tidak dihinakan. Dan
bahawasanya dosa tukang gambar itu besar kerana gambar-gambar itu ada
yang di-ibadahi selain ALLAH, selain itu gambar tersebut mudah
menimbulkan fitnah (bahaya) bagi yang memandangnya (gambar wanita,
tokoh, ulama, dan sebagainya).” ( Fatwa Ulama tentang Hukum Gambar, oleh Syaikh Abdullah Bin Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia)
Persoalan Dan Penjelasannya
Persoalan berkaitan hukum bermain anak patung bagi kanak-kanak sebagaimana hadith dari Aisyah r.anh ia berkata:
“Saya biasa bermain boneka
(anak patung) di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam dan saya
mempunyai beberapa orang teman yang bermain bersama saya. Maka jika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam masuk, mereka menutupinya dari
beliau lalu berjalan sembunyi-sembunyi dan bermain bersama saya.”
(Hadis Riwayat al-Bukhari Kitab al-Adab Bab al-Inbisaath ilaa an-Naas,
Fath 10/526 dan Muslim kitab Fadhail ash-Shahabah Bab fii Fadhail
Aisyah, an-Nawawi, 15/203 dan 204)
Berkata Ibnu Hajar al-Asqalaini tentang hadith ini:
“Hadis ini dijadikan dalil
bolehnya boneka dan mainan untuk bermain (mendidik) anak perempuan, dan
sebagai pengkhususan dari keumuman larangan mengambil gambar. Iyadl juga
menetapkan yang demikian dan ia menukil dari jumhur, bahawasanya mereka
membolehkan boneka atau mainan ini untuk melatih dan mendidik anak-anak
perempuan agar mengenal bagaimana mengatur rumah-tangga dan merawat
anak-anak nantinya. Dan sebahagian ulama menyatakan hadis ini telah
mansukh (telah dibatalkan). Ibnu Bathal cenderung pada pendapat ini dan
ia menceritakan dari Abi Zaid dari Malik. Tetapi dari sini pula ad-Daudy
merajihkan bahawa hadis Aisyah (di atas) mansukh. Sedang Ibnu Hibban
dan Nasa’i membolehkan namun tidak membatasi untuk anak-anak kecil
walaupun padanya ada perbincangan. (Fath al-Bari)
Berkata Al-Baihaqi setelah mentakhrij hadis-hadis tersebut:
Telah tsabit (tetap) larangan
tentang mengambil gambar. Maka kemungkinan rukhsah bagi Aisyah terjadi
sebelum datangnya pengharaman. Ibnul Jauzi menetapkan yang demikian
juga, sehingga beliau berkata: “Dan Abu Dawud dan an-Nasa’i dari sisi
lain dari Aisyah (ia berkata): Rasulullah s.a.w datang dari perang Tabuk
(Khaibar) {lalu menyebut hadis beliau mengoyakkan tirai yang tergantung
di pintunya} Kemudian Aisyah melanjutkan, lalu beliau menyingkap sisi
tirai di atas mainan Aisyah dan Beliau bersabda: “Apa ini hai Aisyah?”.
Saya menjawab:”Boneka perempuan saya”. Beliau melihat kuda-kudaan
bersayap yang dalam keadaan terikat, lalu bersabda: “Apakah ini?” Saya
katakan: “Kuda bersayap dua. Tidakkah Anda mendengar bahawa Sulaiman a.s
mempunyai kuda yang bersayap? Beliau pun tertawa.”.
Al-Khathabi berkata: Dalam
hadis ini menunjukkan mainan untuk anak-anak perempuan tidaklah seperti
semua gambar yang datang ancaman, hanya saja beliau memberikan
keringanan bagi Aisyah kerana pada waktu itu Aisyah belum dewasa.”
Al-Hafiz berkata: Penetapan
dengan dalil ini ada perbincangan, akan tetapi kemungkinannya adalah
kerana Aisyah waktu peristiwa perang Khaibar berusia 14 tahun dan waktu
peristiwa perang Tabuk sudah baligh. Dengan demikian, ini menguatkan
riwayat yang mengatakan hal itu terjadi pada peristiwa Khaibar dan
mengumpulkannya dengan pendapat al-Khathabi.
Berkata Sheikh Abdul Aziz bin Bazz:
“Oleh kerana itu, jika hal
ini telah difahami, maka meninggalkan gambar-gambar (boneka) itu adalah
lebih selamat kerana padanya ada perkara yang meragukan. Mungkin
penetapan Rasulullah s.a.w bagi Aisyah itu sebelum munculnya perintah
beliau untuk menghapus gambar-gambar. Dengan begitu hadis Aisyah ini
menjadi mansukh dengan datangnya larangan dan perintah penghapusan
gambar itu, kecuali yang terpotong kepalanya atau dihinakan, sebagaimana
mazhab al-Baihaqi, Ibnul Jauzi dan Ibnu Bathal. Dan mungkin juga ini
dikhususkan dari pelarangan itu (sebagaimana pendapat jumhur) untuk
kemaslahatan pendidikan. Ini kerana permainan itu merupakan bentuk
penghinaan atas gambar (boneka). Jadi, dengan kemungkinan ini maka lebih
baik untuk meninggalkannya, sebagaimana pengamalan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasalam dari al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib
Radiyallahu ‘anhu (r.a):
”Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu.” ( Riwayat
Ahmad, 1/200. Disahihkan oleh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap
Musnad, 3/169. ath-Thayalisi, m.s. 163, no. 1178 dan al-Albani
menilainya sahih dalam al-Jamius Shaghir, no. 3372 dan 3373)
Demikian juga dalam hadith berikut ini dari Nu’man bin Basyir r.a secara marfu’,
“Yang halal itu jelas dan
yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara syubhat
yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka siapa yang menjaga
diri dari syubhat, maka dia telah membersihkan Dien (agama) dan
kehormatannya. Dan barang siapa yang jatuh kepada yang haram, seperti
penggembala sedang menggembalakan ternaknya di sekitar tempat yang di
pagar (terlarang), hampir-hampir ia terjatuh karenanya.” ( Riwayat Bukhari dan Muslim)
Fatwa-fatwa Ulama Masa Ini
Fatwa Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin:
1 - Pertanyaan: Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,“Apa hukum mengenakan pakaian yang mengandungi gambar?”
Jawapan:
Seseorang dilarang untuk
mengenakan pakaian yang bergambar hewan atau manusia, dan juga dilarang
untuk mengenakan serban serta jubah atau yang menyerupai itu yang di
dalamnya terdapat gambar hewan atau manusia atau makhluk bernyawa
lainnya. Kerana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan hal
itu dengan sabdanya,
”Malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat lukisan.”( Riwayat al-Bukhari, Kitab Penciptaan (4/54) no. 448)
Maka dari itu hendaklah
seseorang tidak menyimpan atau memiliki gambar berupa foto-foto yang
oleh sebahagian pihak dianggap sebagai album kenangan, maka wajib
baginya untuk menanggalkan foto-foto tersebut, sama ada yang
digantungkan di dinding, ataupun yang disimpan dalam album dan
seumpamanya. Kerana keberadaan benda-benda tersebut menyebabkan malaikat
enggan memasuki rumah mereka. Hadis yang menunjukkan hal itu adalah
hadis yang sahih dari Nabi s.a.w. Wallahu a’lam. (Rujuk: Ibn Utsaimin, al-Majmu ‘ats-Tsamin, hal. 199)
2 - Pertanyaan: Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,
“Dengan segala hormatnya saya memohon penjelasan anda tentang hukum membuat gambar, sama ada dengan menggunakan tangan (melukis) atau dengan alat pembuat gambar (kamera), apa hukum menggantung gambar di atas dinding, dan apa hukum memiliki gambar hanya sekadar dijadikan sebagai kenangan?”
Jawapan:
Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam, selawat dan salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya.Melukis
dengan tangan adalah perbuatan yang diharamkan, bahkan melukis adalah
termasuk salah satu dosa besar, kerana Nabi s.a.w melaknat para pembuat
gambar (pelukis), sedangkan laknat tidak akan ditunjukan kecuali
terhadap suatu dosa besar, sama ada yang digambar untuk tujuan
mengungkapkan keindahan, atau yang dilukiskan (dijadikan gambar) sebagai
model (bahan bantuan, ed.) bagi para pelajar, atau untuk hal-hal
lainnya, maka hal itu adalah haram.
Tetapi bila seseorang melukiskan
(menjadikan gambar) dari bahagian tubuh, seperti tangan saja, maka hal
itu diperbolehkan. Adapun mengambil gambar dengan menggunakan alat
fotografi, maka hal itu diperbolehkan kerana tidak termasuk pada
perbuatan melukis. Yang menjadi pertanyaan adalah: Apa maksud dari
pengambilan gambar tersebut? Jika pengambilan gambar (pemotretan) itu
adalah yang dimaksudkan agar dimiliki oleh seseorang meskipun hanya
dijadikan sebagai kenangan, maka pengambilan gambar tersebut hukumnya
menjadi haram, hal itu dikeranakan segala macam sarana bergantung dari
tujuan untuk apa sarana tersebut dipergunakan, sedangkan memiliki gambar
hukumnya adalah haram. Kerana Nabi s.a.wtelah menjelaskan bahawa
malaikat enggan memasuki rumah yang ada gambar di dalamnya, di mana hal
itu menunjukkan kepada haramnya memiliki dan meletakkan gambar di dalam
rumah.
Adapun menggantungkan gambar
atau foto di atas dinding adalah haram hukumnya sehingga tidak
diperbolehkan untuk menggantungnya meskipun sekadar untuk kenangan,
kerana malaikat enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar. (Rujukan:
Fatwa-Fatwa Sheikh Ibn Utsaimin yang beliau tanda tangani, disalin dari
kitab al-Fatawa asy-Syar’iyyah Fi al-Masa’il al-Ashriyyah Min Fatawa
Ulama al-Balad al-Haram)
3 - Pertanyaan:Sheikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin ditanya,
“Apa hukum memakaikan baju pada anak-anak yang ada gambar bernyawa?”
Jawapan:
Ahlul Ilmi (para ulama)
menetapkan hukumnya haram memakaikan pakaian pada anak kecil yang
dikenakan (dipakaikan) oleh orang dewasa. Pakaian yang bergambar hidup
haram dipakai orang dewasa, demikian juga hukumnya tidak boleh
dipakaikan untuk anak-anak. Dan memang demikian hukumnya. Sepatutnya
kaum muslimin memboikot model/fesyen pakaian yang seperti ini agar
orang-orang yang berniat jahat dan rosak tidak menyusup masuk kepada
kita melalui sudut-sudut ini. Kalau benar-benar diboikot maka mereka
tidak akan menemukan saluran untuk memasuki ke negeri kita. (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il, 3/158)
Fatwa Sheikh Abdul Aziz bin Bazz
1 – Pertanyaan:
Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,
“Apa hukum menggantung lukisan di rumah dan tempat-tempat lainnya”?
Jawapan:
Hukumnya adalah haram jika gambar tersebut adalah gambar makhluk bernyawa, sama ada manusia atau selainnya...
( Ibn Baz, Kitab ad-Da’wah, hal. 19-20. Disalin dari buku al-Fatawa
asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad
al-Haram)
2 - Pertanyaan:Sheikh Abdul Aziz bin Baz ditanya,
“Apa hukumnya menyimpan patung di rumah sekadar untuk hiasan dan bukan untuk disembah?”
Jawapan:
Seorang muslim tidak
diperbolehkan untuk menggantung gambar atau pun menghiasi rumahnya
dengan hai wan yang diawetkan, sama ada diletakkan di atas meja ataupun
kursi, hal itu disebabkan keumuman hadis dari Rasulullah s.a.w yang
menjelaskan tentang haramnya menggantung gambar dan meletakkan patung di
dalam rumah atau tempat-tempat lainnya. Kerana benda-benda tersebut
merupakan sarana untuk berlaku syirik kepada Allah, dan dalam hal-hal
yang demikian terdapat penyerupaan terhadap makhluk ciptaan Allah dan
perbuatan tersebut sama seperti perbuatan menentang Allah.
Adapun perbuatan menyimpan
haiwan yang diawetkan adalah perbuatan yang merosakkan, padahal syari’at
Islam yang sempurna diturunkan untuk membersihkan segala macam
perantara (tawassul) atau sarana yang dapat membawa kepada kemusyrikan
dan kesesatan. Hal yang demikian pernah terjadi pada kaum Nuh di mana
mereka melakukan kemusyrikan disebabkan lukisan yang menggambarkan lima
orang sholeh pada masa mereka. Kaum Nuh memasang/meletakkan lukisan
tersebut di majlis-majlis, sebagaimana yang Allah terangkan dalam
al-Qur’an dengan firman-Nya,
”Dan mereka berkata, Jangan
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan
pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr’. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia).” (Surah Nuh: 23-24)
Maka, kita harus bersikap
berhati-hati terhadap penyerupaan orang-orang dalam perbuatan mereka
yang mungkar yang dapat menjerumuskan kita kepada kemusyrikan.Dalam
sebuah hadis sahih dari Rasulullah s.a.w, bahawa beliau berkata kepada
Ali bin Abi Thalib r.a
“Janganlah engkau tinggalkan
patung kecuali engkau telah membuatnya menjadi tidak berbentuk, dan
jangan pula meninggalkan kuburan yang menjulang tinggi (membukit)
kecuali engkau meratakannya.” (Hadis Riwayat Muslim dalam al-Jana’iz, no. 969)
Dalam hadith lain, Rasulullah s.a.w bersabda:
“Orang yang paling mendapat siksa pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis).” ( Riwayat al-Bukhari dalam Kitab Pakaian, no. 5959. Muslim dalam bab yang sama, 2109)
Banyak sekali hadis yang menerangkan tentang hal ini. Semoga Allah memberikan petunjuk. ((Rujukan:
Ibn Baz, Kitab Ad-Da’wah, hal. 18-19. Disalin dari buku al-Fatawa
asy-Syar’iyyah fi al-Masa’il al-Ashriyyah min Fatawa Ulama al-Balad
al-Haram)
Fatwa selainnya
1 - Pertanyaan:
“Apakah hukum mengambil gambar photografi untuk keperluan atau ditayangkan?”
Jawapan:
Mengambil atau membuat gambar
yang berupa dari makhluk bernyawa (sama ada manusia atau haiwan) adalah
haram, kecuali bagi tujuan yang amat diperlukan/mendesak, seperti untuk
dokumen kerakyatan, passport, dan pengenalan identiti penjenayah bagi
tujuan menahan (menangkap/memberkas) dan sebarang apa yang seumpama
dengan hal tersebut yang mana sememangnya menuntut keperluan. (Fatwa
oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam & Fatwa yang terdiri
daripada, Sheikh 'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn
Ghudayyaan, Sheikh 'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah
ad-Daa’imah lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 660,
Persoalan 3 dari fatwa no. 260)
2 – Pertanyaan:
“Apakah hukumnya memiliki/membeli majalah yang mana di dalamnya mengandungi gambar?”
Jawapan:
Memiliki/membeli majalah yang di
dalamnya mengandungi gambar adalah dibenarkan jika tujuannya adalah
untuk manfaat dari kandungannya yang di sana mengandungi maklumat
berguna. Dan sewajarnya kepada mereka yang memiliki majalah tersebut
hendaklah menghapuskan gambar-gambar yang terdapat di dalamnya. Walau
bagaimanapun jika tujuan memiliki/membeli majalah tersebut adalah untuk
memiliki gambar-gambar yang terdapat di dalamnya, maka untuk itu adalah
tidak dibenarkan. (Fatwa oleh: Anggota Tetap Penyelidikan Islam &
Fatwa yang terdiri daripada, Sheikh Abdul Aziz bin Bazz, Sheikh
'Abdur-Razzaaq 'Afeefee, Sheikh 'Abdullaah Ibn Ghudayyaan, Sheikh
'Abdullaah Ibn Munee', dan Majlis Fatwa al-Lajnah ad-Daa’imah
lil-Buhooth al-‘Ilmiyyah wal-Iftaa, Jil. 1, m/s. 691, Persoalan 2 dari
fatwa no. 3079)
والله أعلمُ بالـصـواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar